Friday, August 2, 2013

Tips informasi on-line untuk Jalan-Jalan ke Luar Negeri

Wisata ke luar negeri tentu sangat menyenangkan dan pilihan pergi sendiri tanpa ikut tour menjadi petualangan unik bagi sebagian orang, seperti saya. Teknologi Informasi berbasis internet ditambah banyaknya media sosial seperti youtube, instagram, facebook dsb bikin mudah dan murah, semua rencana perjalanan menjadi lengkap, tidak kalah dengan yang ditawarkan agen perjalanan.
Setelah 5 tahun absen nulis blog, kali ini saya tertarik untuk berbagi pengalaman lagi setelah semakin mudahnya kita bisa memesan tiket murah, cari hotel yang lokasinya strategis, bagus dan ekonomis, informasi tentang tempat wisata dan tempat makan yang enak-enak tentunya. Semua berkat internet, tentunya, hal yang sulit diintegrasikan 10 tahun lalu di Indonesia.

Berikut beberapa tips yang saat merencanakan perjalanan dengan cara online :

1. Destinasi tujuan negara atau kota, salah satu review yang jadi favorit saya adalah www.tripadvisor.com . Selain review lokasi tempat2 wisata dan tempat makan, juga bisa dibandingin hotel-hotel berikut review dan foto2nya serta petinjuk peta lokasinya. Dari sini kita bisa tentukan hotel yang dekat airport atau dekat pusat kota atau dekat dengan tujuan wisata atau pusat perbelanjaan atau terjangkau dengan sarana transportasi seperti subway.
Ditambah lagi dengan review di instagram untuk foto foto dan di youtube untuk video destinasi yang akan kita tuju, akan sangat membantu mendapatkan gambaran apakah layak atau tidak dikinjungi

2. Perbandingkan hasil review di tripadvisor.com dengan membuka peta seperti google maps. Hal ini untuk mastikan lokasi yang bisa menjangkau tempat tempat yang akan kita tuju.

3. Pemesanan hotel bisa dilakukan secara online di www.agoda.com , www.hotels.com , www.booking.com dan banyak lagi. Disarankan untuk membandingkan dengan harga voucher hotel dari biro perjalanan, kadang harga di website tidak selalu lebih murah. Perlu ketelitian melihat harga yang ditawarkan secara online, karena kemungkinan akan ditambah pajak lokal dan biaya lain. Tidak seperti voucher hotel yang cuma dikenakan 1% fee agen perjalanan. 
Agen online mengharuskan kita bayar saat pemesanan dengan cara memotong saldo kartu kredit, kecuali pemesanan melalui www.booking.com yang tidak memotong saldo kartu kredit saat pemesanan secara online, jadi kita membayar langsung dengan pihak hotel yang bersangkutan saat nanti menginap.
Akan lebih merepotkan jika kita sudah memesan kamar hotel, lalu ada perubahan jadwal atau route, maka akan melibatkan proses administrasi kartu kredit kita. Saya pribadi lebih suka pesan di www.booking.com meski tidak seluruh hotel yang diminati ada, karena masing-masing agen online memiliki kesepakatan termasuk harga sendiri-sendiri dan bisa saja lebih mahal.

4. Setelah proses pemetaan hotel, tujuan wisata dan tempat makan lokal yang enak selesai dilakukan, selanjutnya mengelompokkan tempat-tempat singgah tersebut sehingga bisa kita tentukan kapan

5. Aplikasi Calendar di ponsel atau smartphone, akan sangat membantu kita dalam menyusun rencana perjalanan yang sudah disusun agar menjadi lebih efisien.

Selamat berwisata

Friday, November 28, 2008

Hong Kong Disneyland

Sedari kecil figur Mickey Mouse dan Donald Bebek sudah melekat di benak kita semua dan menjadi icon dunianya anak-anak. Disneyland bukan sekedar 'rumah'nya Mickey Mouse tapi juga negeri impian bagi anak-anak dan kita orang dewasa tentunya. Disneyland di Amerika, Jepang, Perancis dan Hong Kong selalu dipadati pengunjung setiap hari sepanjang tahunnya. Kali ini Disneyland Hongkong yang terdekat lokasinya dari Jakarta, punya kemiripan dengan yg ada di negeri asalnya namun tidak lah besar, bahkan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol. 
Lokasinya ada di pulau Lantau, menuju kesitu sy pilih MRT, dari Tsuen Wan station di distrik yang sama dengan hotel sy tinggal, berhenti dan berganti kereta di Lai King yaitu yang ke arah Tung Cung, berhenti di stasiun Sunny Bay untuk selanjutnya naik MRT khusus ke Disneyland. Jarak tempuh seluruhnya tidak lebih dari 30 menit. Kereta yang gerbong nya dihiasi oleh icon-icon Mickey mulai dari jendela, miniatur Mickey di setiap sudut hingga kursi berlapis kain blutru biru menjadi suguhan yang membawa kita benar-benar ke negeri fantasi.
Pintu keluar MTR yang hampir menyatu dengan gerbang Hong Kong Disneyland, disarankan untuk membawa payung atau topi untuk mengurangi sengatan matahari atau bahkan hujan dimusim penghujan selama kita berjalan menyusuri pintu utama, the main street yang terkenal dan mengantri permainan ataupun sekedar untuk foto bersama Mickey & Minnie yang hitungannya puluhan menit.
Sebelum memasuki pintu utama, sy cukup tukarkan bukti pembelian tiket masuk secara on line di http://park.hongkongdisneyland.com seharga HKD 350 per orang di hari PEAK, artinya harga tiket di weekend atau public holiday.
Harga tersebut sudah termasuk tiket masuk dan tiket permainan seluruhnya jadi kita gak usah lagi repot-repot antri beli ticket tambahan.
Perlu waktu 4-5 jam minimal untuk mengelilingi serta menikmati aneka permainan yang ada dan jangan lewatkan untuk 'Jungle River Cruise' di Adventureland dan jetcoaster berkecepatan tinggi di gelapan di 'Space Mountain' di Tommorowland. Pada tengah hari jangan ketinggal untuk melihat paradee di Main Street, USA yang menyuguhkan parade bintang-bintang Disney seperti Guffy, Putri Salju, Mickey, Donald dan banyak lagi.
Kalo mau cari cendera mata buat orang yang anda kasihi disisi kiri dan kanan main street berderet toko-toko yang sangat lengkap menjual aneka ragam souvenir disney beserta karakternya namun jangan kaget melihat harganya yang amat mahal.

Hong Kong Dim Sum

Serasa belum di Hong Kong kalo belum makan Dim Sum. Hong Kong memang sangat terkenal dengan masakannya yang lezat dan beraneka rupa, sehingga tidak jarang koki dan masakkan Hong Kong ada diseluruh dunia. Mencari kedai Dim Sum di negaranya jadi keunikkan sendiri, 
sama hal nya dengan di Medan kalo kita mencari tempat penjual kue Bika Ambon, masing-masing orang punya langganannya sendiri. Di pagi hari kedua di Hong Kong, sy bergegas menuju CENTRAL District di pulau Hong Kong. Setelah keluar MTR Central Station, berjalan 20 menit menusuri jalan sempit dan menanjak ke arah Wellinton Street. Di jalan tersebut ada sebuah kedai teh yang terkenal dari jaman dulu, Lin Heung. Tepat di lantai 2 sudah penuh orang yang duduk di meja-meja kecil (5-6 orang). 
Disini'rasa malu' harus di buang jauh-jauh, mulai dari mencari tempat duduk dimana saja asal ada kursi kosong hingga berebut wadah dim sum terbuat dari bambu, benar-benar 'semerawut'.... :-)
Beruntung sy duduk bersama seorang oma yang usianya berkisar 60an yang juga sebagai regular customer disitu, sehingga dia kasih tau mana makanan yang enak atau so-so saja... hmm ternyata di Hong Kong masih ada orang yang peduli dengan kita meski sy tidak bisa bahasa mandarin.
Belum sempat hilang dalam pandangan mengenai semerawutnya tempat orang Hong Kong menikmati "Yam Cha", sudah dikejutkan dengan pelayan yang menyuguhkan poci teh panas beserta cawan porselen yang bentuknya mirip asbak namun lebih besar dan berisi sumpit dan cangkir2 teh. Wow apa yang harus sy lakukan... dengan peralatan makan yang lebih banyak dari yang biasa dilihat di Jakarta. Untung ada oma, dia langsung memperagakan dengan cekatan, cangkir-cangkir teh dan sumpit disiram air teh.. ya benar air teh panas dalam poci. Rupanya kebiasaan mereka untuk membilas cangkir & sumpit di dalam cawan porselen menggunakan jari tangan. Cukup menjijikan, namun itulah local culture yang harus kita hargai keberadaannya.
Mulai makan dari Siomay, Hakaw, Kaki Ayam sampai Bapau semuanya Lezaaaaattt luar biasa. Bisa dibayangkan dari hampir semua rumah makan terkenal di Jakarta yang menyajikan Dim Sum, Lin Heung menyajikan Dim Sum yang lebih diatas dari segi rasa, nilai 4.5 / 5.

Lin Heung Tea House
160-164 Wellinton Street, Central.
Hong Kong

Thursday, November 13, 2008

Budget Hotel di Hong Kong

TURBOJET ferry yang menyeberangkan sy dari pulau Macau , merapat di dermaga Central pulau Hong Kong pukul 9 pagi.. hmm terbayang saat itu adalah 'rush hours' dimana orang Hong Kong sedang bergegas memulai aktivitasnya, maka sy putuskan untuk makan pagi di terminal ferry setelah melewati imigrasi dan mengambil bagasi (handling charges untuk koper bervariasi HKD10 - HKD40 bergantung berat dan jumlah koli), sebelum melanjutkan perjalanan menuju hotel. Seorang teman di Jakarta merekomendasikan untuk coba Nasi Bebek Panggang di terminal ferry tersebut, namun sy hanya mendapatkan restaurant Mie Wontoon yang yummie... Setelah keliling gedung terminal yang bertingkat 4 ternyata restaurant yg menyajikan nasi bebek panggang ada di lantai 1 dan antrian orang cukup
 panjang.
Karena terbayang penuh sesaknya MTR saat pagi hari, maka sy putuskan untuk naik Taxi untuk mencapai daerah Tsuen Wan di wilayah New Territories (NT) dimana hotel sy berada. Namun ternyata malah naik taxi muternya jauh dan biaya yg
 sangat mahal. Setelah lebih dari 45 menit, akhirnya sy tiba di Dorsett Far East Hotel
dimana sy booking langsung di website-nya setelah membandingkannya di situs Internet serta beberapa travel agent di Jakarta. Staff Reception maupun Bell Boy nya bisa berbahasa Inggeris dengan baik dan cukup ramah (bayang
an sy orang Hong Kong terkenal judes & galak). Setelah check-in dan membayar HKD 1800+ tax untuk 3 malam, sy diminta menunggu 1 jam hingga jam 12.00 karena kamar dimaksud belum selesai dibersihkan, jadi sy putuskan untuk jalan-jalan disekeliling area untuk sekedar beradaptasi saat nanti keluar dan kembali ke hotel. Daerah dibelakang hotel adalah kawasan perdagangan, meski mirip seperti Mong Kok atau Tsim Sha Tsui (TST) namun jenis 
barang diperjual belikan, harga maupun suasana nya lebih ditujukan untuk konsumsi lokal mengingat daerahnya di luar 'down town'. Gak jauh dari seberang hotel ada stasiun MTR Tsun Wan, cukup berjalan kaki dan menyeberang jembatan penyemberangan. Sy memutuskan untuk beli 
Octopus Card yang bisa dipakai nanti untuk bayar MTR, bis, ferry bahkan beli makanan atau minuman ringan di 7 Eleven atau Circle K, jadi tidak perlu report cari koin untuk membayar. 
Octopus Card bisa dibeli disetiap stasiun MTR dengan harga HKD 150, sudah termasuk didalamnya HKD 50 sebagai deposit dan bisa diuangkan kembali setelah dipotong fee (HKD 7, jika tidak salah) jika belum 3 bulan. Jika nilainya sudah mendekati nilai deposit, dengan mudah kita bisa isi ulang secara elektronik di mesin-mesin pengisi ulang (HKD50 atau HK100).
Setelah merasa bahwa siap jalan-jalan di Hong Kong dan yakin tau lokasi sekeliling hotel (paling tidak gak akan kesasar), maka sy segera kembali ke 
Hotel untuk masuk ke kamar. Kamar hotel ternyata super mungil, ukuran 2 x 2 meter dan yang membuat tertawa adalah ukuran ranjang yang panjangnya 180 cm saja, jadi otomatis sy akan tidur dengan kaki keluar ranjang...haha 
Di bagian toilet ada shower dan sekali lagi cukup mungil untuk ukuran badan saya. Apalagi untuk membuka koper harus 'lompat' karena tidak ada tempat untuk menaruh koper selain di lantai. Namun kamarnya bersih, tidak bau di non smoking floor sesuai permintaan email sebelumnya, ada LCD TV di dinding, safety box, lemari gantung, meja kecil untuk menulis serta coffee maker lengkap, juga di toilet lengkap mulai dari sabun, shampoo bahkan hair dryer. Secara umum sy sangat puas dengan lokasi, pelayanan, kebersihan serta harganya.

Wednesday, November 12, 2008

Jalan Jalan Murah Macau - Hong Kong

Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Macau menggunakan penerbangan Viva Macau dengan pesawat Boeing 767-200 yang cukup besar (kursi 2 - 3 - 2). Pesawat tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta pukul 00.50 (tepat waktu) dengan kode penerbangan ZG 100. Tiket pesawat sy beli secara on line via website-nya setelah lebih kurang 1 bulan browsing di Internet dan bandingkan dengan travel agent untuk harga termurah menuju Macau / Hong Kong. Saat itu kurs Rupiah tengah merangkak naik, Rp. 9660/usd. Beruntung sy mendapatkan tiket pesawat relatif murah MOP 1908 pulang pergi termasuk admin charge, short-haul charge & insurance. Agar diketahui harga yang tercantum dalam iklan promosi budget airlines biasanya belum termasuk biaya-biaya tambahan tersebut, sehingga kita perlu melihat lebih jauh harga totalnya pada saat on line booking. Sesuai dengan namanya, budget airline, biaya tiket tidak termasuk makanan dan minuman, penumpang bisa mendapatkan pilihan makanan atau minuman seperti mie instan, air, minuman bersoda yang ditawarkan awak kabin asalkan bayar. Mengikuti peraturan penerbangan internasional yang berlaku mulai 1 Maret 2007 penumpang pesawat udara dilarang membawa minuman atau cairan yang lebih dari 100ml (diperiksa saat kita boarding) termasuk odol, pengharum, lip gloss dsb, jika tampak oleh scanner maka petugas bandara akan menahan minuman yang kita bawa. Penerbangan selama 4 1/2 jam diawaki oleh awak kabin yang ramah, berbahasa Inggeris dan Indonesia. Viva Macau terbagi menjadi 2 klas, yaitu penumpang Klas Premium dengan tempat duduk berlapis kulit serta lebih luas dan penumpang Klas Ekonomi dimana saya duduk, terkesan OK dan memiliki jarak kursi yang memadai untuk orang setinggi sy, 185 cm.
Pesawat tiba di Macau International Airport tepat sesuai schedule pukul 06.30 waktu setempat. Bandara Macau tidak terlalu besar, bisa dibayangkan seperti Bandara di Pulau Batam, meski turunnya tidak memakai 'belalai' melainkan turun tangga dan diantar bus bandara menuju Imigrasi, hal ini dimaklumi lagi-lagi karena budget airline. Penerbangan kami merupakan penerbangan pertama yang tiba pagi itu dan antrian di Imigrasi tidak terlalu lama, selain jumlah penumpang pesawat Viva Macau saat itu cuma sekitar 50% ditambah lagi dengan staf Imigrasi Macau yang cekatan. Kurang dari 20 menit saya sudah mengambil bagasi untuk selanjutnya melewati kepabeanan yang juga tidak memeriksa barang bawaan setiap penumpang (mirip seperti di Changi Airport Singapore). Mungkin hal-hal ini menjadikan para wisatawan lebih nyaman dan mendapatkan 'kemudahan' untuk masuk ke kota yang pemerintahnya sedang mempromosikan tempat-tempat wisata (selain Casino) yang dimilikinya, seperti Visit Year 2008.
Tujuan sy pagi itu adalah menuju Hong Kong dengan pertimbangan tiba terlalu pagi dan hotel belum siap untuk check-in, rata-rata waktu check-in hotel adalah 12.00 - 15.00. Itulah sebabnya sy tidak menginap pada hari pertama di Macau, melainkan di Hong Kong dengan perhitungan akan tiba disana siang setelah menyeberang dengan Ferry.
Karena punya waktu banyak, sy putuskan untuk naik bis menuju Ferry Terminal. Antrian bis tidak terlalu panjang, namun bis AP1 seukuran metromini di Jakarta yang ditunggu selalu lewat karena penuh oleh orang yang memulai aktifitasnya di pagi hari. Setelah mengamati selama lebih dari 1 jam, akhirnya sy memutuskan untuk naik Taxi saja. Taxi dari airport ke ferry terminal dengan kendaraan yang baik dan sangat bersih, tidak lebih dari MOP 50, termasuk surcharge bagasi.
Ada dua terminal ferry di Macau, yaitu Ferry Terminal di Pulau Macau serta yang terbaru di Pulau Taipa yang khusus untuk COTAIJET Ferry satu group dengan Venetian Hotel & Casino.
Ferry yang jadi pilihan saya adalah TURBOJET yang melayani rute bukan hanya Macau - Hongkong 24 jam 7 hari seminggu, namun route Macau - Shenzhen dimana saat kembali ke Macau saya akan berkunjung ke Shenzhen, China. Perlu diketahui bahwa TurboJet merapat di Pulau Hongkong, sedangkan COTAIJET merapat di Kowloon, hal ini perlu dicermati bergantung pada tujuan anda di Hong Kong, semisal Hotel tujuan. Tiket seharga HKD 154 kelas ekonomi dengan waktu tempuh, 60 menit. Perjalanan selama di Ferry tidak terasa, selain ombak di pagi hari yang bersahabat, juga jenis Jet Ferry yang digunakan sangat cepat dan bersih serta tidak bising. Jika saja saya bersabar untuk menggunakan bis AP1 (MOP 3 jauh/dekat) saat keluar Bandara Macau menuju Ferry Terminal di Macau, maka biaya transport dari Jakarta ke Hong Kong diluar Fiskal & Airport Tax, tidak akan lebih dari 1.5 juta Rupiah (saat kurs Rp. 9660/USD)